Jurubicara MHTI Iffah Ainur Rochmah menyatakan meski Pekan Kondom Nasional (PKN) dibatalkan, umat harus tetap waspada dan mencermati tiga pihak yang berkepentingan. “Dalam hal ini masyarakat harus faham tiga hal yang sedang terjadi,” tegasnya kepada mediaumat.com, Rabu (4/12) melalui surat elektronik.
Pertama, produsen kondom (DKT Indonesia) ingin mengambil untung, promosi produk untuk menaikkan omset penjualannya dengan memanfaatkan keresahan publik terhadap peningkatan angka pengidap HIV/AIDS.
Kedua, Komisi Penanggulangan Aids Nasional (KPAN) memanfaatkan dana dan program ini untuk mesosialisasikan program internasional penanggulangan AIDS versi UNAIDs. Mereka menyebut programnya edukasi ABCD (abstinensia, be faithful, condom and no drug). “Intinya sama, kondomisasi alias kampanye penggunaan kondom untuk atasi HIV. Nampak jelas sesat pikir dalam program ini,” tulisnya.
Ketiga, pemerintah (Kemenkes) juga hanya merestui dengan tanpa sedikit pun melakukan kajian ulang. Bila dalam setiap kebijakan lain dibutuhkan evidence based, data lapang tentang efektifitas sebuah program, hal ini tidak berlaku untuk kebijakan penanggulangan HIV/AIDS.
Ia menulis: “Meski banyak ilmuwan menyangsikan efektifitas kondom untuk mencegah HIV, tapi pemerintah seperti tak peduli dan hanya fokus pada memenuhi amanat MDGs.”
Meski bahaya program ini terhadap umat khususnya generasi muda juga sudah disuarakan oleh banyak pihak. “Baik produsen kondom, KPAN, NGO maupun pemerintah hanya peduli dan ingin mensukseskan programnya sendiri, rakyat dikorbankan dengan menjadi obyek kepentingan mereka,” ungkapnya.
Di akhir suratnya, ia pun menyatakan: “Harus tetap ditanamkan kewaspadaan ke tengah-tengah umat bahwa PKN hanyalah satu diantara puluhan atau bahkan ratusa program berbahaya yang disuguhkan ke hadapan publik.”(mediaumat.com, 5/12/2013)
Reviews:
Posting Komentar